Sifilis (4) Epidemi Dan Sejarah

Chancre primer pada sifilis di tangan

Epidemi

Sifilis diyakini telah menginfeksi 12 juta orang pada 1999, dengan lebih dari 90% kasus terjadi di negara berkembang. Penyakit ini memengaruhi 700.000 hingga 1,6 juta kehamilan setiap tahunnya, mengakibatkan aborsi mendadak, kematian janin dalam kandungan, dan sifilis kongenital. Pada Afrika sub-Sahara, sifilis berkontribusi pada kira-kira 20% dari kematian perinatal. Angkanya rata-rata lebih tinggi pada pengguna narkoba suntik, mereka yang terinfeksi HIV, dan laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki. Di Amerika Serikat, angka sifilis sejak 2007 enam kali lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan, dan hampir sama pada 1997. Hampir setengah dari kasus pada 2010 terdiri dari Warga Amerika keturunan Afrika.


Sifilis banyak terjadi di Eropa selama abad ke-18 hingga abad ke-19. Di negara maju selama abad ke-20, infeksinya menurun secara cepat dengan semakin menyebarnya penggunaan antibiotik, hingga 1980an dan 1990an. Sejak tahun 2000, angka sifilis meningkat di AS, Kanada, Inggris, Australia dan Eropa, terutama di antara laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki. Namun, angka sifilis di antara perempuan Amerika, tetap stabil selama periode ini, dan angka di antara perempuan Inggris meningkat, namun masih di bawah angka kasus pada laki-laki. Angka yang meningkat di antara heteroseksual terjadi di Cina dan Rusia sejak 1990an. Ini dikaitkan dengan praktik seks yang tidak aman, seperti bergonta-ganti pasangan seks, prostitusi, dan menurunnya penggunaan proteksi.

Jika tidak diobati, angka mortalitas mencapai 8% hingga 58%, dengan angka kematian lebih tinggi ada laki-laki.  Keparahan gejala sifilis berkurang selama abag ke-19 dan 20, sebagian karena semakin banyaknya ketersediaan pengobatan efektif dan karena penurunanvirulens dari spirochaete. Dengan pengobatan dini, komplikasi lebih sedikit. Sifilis meningkatkan risiko penularan HIV dua hingga lima kali, dan infeksi lainnya juga banyak terjadi (30–60% jumlahnya di pusat kota).

Moll meninggal karena sifilis 
A Harlot's Progress Hogarth

Sejarah

Asal-muasal sifilis tidak diketahui. Dari dua hipotesis utama, satu di antaranya mengusulkan bahwa sifilis terbawa ke Eropa oleh awak kapal yang kembali dari pelayaran Christopher Columbus ke Amerika, hipotesis lainnya menyebutkan bahwa sifilis sudah ada sebelumnya di Eropa, namun tidak dikenali. Ini disebut sebagai hipotesis "Columbus" dan "pra-Columbus" secara berurutan. Hipotesis Columbus sangat didukung oleh bukti yang ada. Catatan tertulis dari kejadian luar biasa sifilis di Eropa terjadi pada 1494/1495 di Naples, Italia, selama invasi Perancis. Karena disebarkan oleh pasukan Perancis yang kembali, pada awalnya penyakit ini disebut sebagai "French disease", demikian nama tradisionalnya. Pada 1530, nama "sifilis" pertama kali digunakan oleh dokter dan penyair Italia Girolamo Fracastoro sebagai judul puisinya dalam bahasa Latin dalam heksameter dactylic yang menggambarkan kerusakan akibat penyakit sifilis di Italia. Dalam sejarah peristiwa tersebut disebut juga sebagai "Great Pox" (“Cacar Hebat”).

Organisme penyebabnya, Treponema pallidum, pertama kali diidentifikasi oleh Fritz Schaudinn dan Erich Hoffmann pada 1905.Pengobatan pertama yang efektif (Salvarsan) dikembangkan pada 1910 oleh Paul Ehrlich, yang diikuti oleh percobaan penisilin dan konfirmasi keefektifannya pada 1943. Sebelum penemuan pengobatan efektif lainnya, merkuri dan isolasi banyak digunakan, dengan pengobatan yang lebih buruk dari penyakitnya. Banyak tokoh sejarah, termasuk Franz Schubert, Arthur Schopenhauer, Édouard Manet dan Adolf Hitler,diyakini menderita penyakit sifilis.